Ibnu Jarir menceritakan, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Ibrahim Al-Mas’udi, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Al-A’masy, dari ‘Umarah, dari ‘Abdurrahman bin Yazid, dari ‘Abdullah bin Mas’ud mengenai ayat:
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ, فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا ۚوَذَٰلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
“(Pujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (pujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, kerana sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.” Maka adalah kesudahan keduanya, bahawa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zalim.” (Al-Hasyr: 16-17)
Ibnu Mas’ud menceritakan bahawa ada seorang wanita menjadi pengembala kambing dan dia memiliki empat orang saudara. Suatu ketika dia tinggal di shawma’ah (tempat bertapa rahib atau rumah ibadah seorang biara). Waktu berlalu, akhirnya rahib tadi menghampiri wanita tersebut, hingga dia hamil. Syaitan pun menghampirinya. Syaitan berkata kepada rahib tersebut: “Sudahlah bunuhlah dia, lalu kuburkanlah. Engkau adalah orang yang dikenal jujur dan ucapanmu pasti didengar.” Lalu rahib tersebut membunuh wanita tadi dan dia menguburkannya.
Diceritakan bahwa syaitan mendatangi saudara-saudaranya dalam mimpi mereka. Syaitan berkata kepada mereka dalam mimpi: “Rahib tersebut yang biasanya berada di rumah ibadahnya tergamak berzina dengan saudara kalian hingga dia hamil, lalu dia membunuhnya, kemudian menguburkannya di tempat ini dan ini.” Ketika pagi hari, salah seorang dari empat saudara tersebut mengatakan: “Demi Allah, semalam aku telah bermimpi suatu mimpi yang sebaiknya aku ceritakan kepada kalian ataukah tidak?” Mereka berkata: “Tetap ceritakan kepada kami.” Lantas diceritakan hal tadi. Salah seorang dari mereka berkata: “Demi Allah, aku juga sama telah bermimpi seperti itu.” Salah seorang dari mereka berkata lagi: “Demi Allah, aku bermimpi yang sama pula.” Mereka berkata lagi: “Demi Allah, ini pasti telah terjadi sesuatu.” Akhirnya mereka bergerak dan meminta tolong kepada Raja mereka untuk mengatasi rahib tersebut. Mereka kemudian mendatangi rahib tadi, kemudian mendudukkannya dan membawanya pergi.
Kemudian syaitan mendatangi rahib tadi lalu berkata: “Aku yang telah menjerumuskan engkau dalam kejahatan ini, tentu yang dapat menyelamatkanmu darinya hanyalah aku. Maka sekarang sujudlah padaku dengan sekali sujud, maka aku akan menyelamatkanmu dari masalah besarmu.” Kemudian rahib tadi sujud kepada syaitan. Ketika Raja mereka datang, syaitan pun berlepas diri dari rahib tersebut. Rahib tersebut tetap dikenakan hukuman atas tindakan kejahatannya, dia pun dibunuh.
Demikian pula riwayat yang sama dari Ibnu ‘Abbas, Thawus, dan Muqatil bin Hayyan.
Ada juga riwayat dari Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dengan versi yang lain. Ibnu Jarir berkata, telah menceritakan kepada kami Khallad bin Aslam, telah menceritakan kepada kami An-Nadhr bin Syumail, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abu Ishaq, aku mendengar ‘Abdullah bin Nahik, aku mendengar ‘Ali berkata:
“Ada seorang rahib (pendeta) yang dikenal dengan rajin ibadahnya selama selama 60 tahun. Syaitan ingin menggoda dan menjauhkannya (dari ibadah). Syaitan lantas pergi kepada seorang wanita dan membuat wanita itu menjadi gila. Wanita tersebut memiliki beberapa saudara. Syaitan berkata kepada saudara-saudaranya: “Cuba kalian bawa saudara perempuan kalian kepada pendeta ini, di mana dia boleh mengubati saudara perempuan kalian.”
Lantas mereka membawa saudara perempuan mereka kepada rahib, kemudian diubatilah oleh rahib. Wanita itu terus berada dalam proses pengubatan dan berada di sisi rahib. Suatu ketika, rahib tersebut berada di sisi wanita tadi, kemudian ketika itu dia tertarik dengannya, kemudian dia mendatangi dan menghamilkannya. Kemudian tak berfikir lama, rahib tersebut membunuhnya. Saudara-saudara dari wanita tersebut pun datang. Syaitan lalu berkata pada rahib tersebut: “Aku ini temanmu, aku boleh membantumu, aku boleh melakukan sesuatu untukmu, namun taatlah padaku, aku akan lepaskan engkau dari masalahmu. Cukup engkau sujud kepadaku dengan sekali sujud.” Rahib tadi pun akhirnya sujud kepada syaitan. Setelah itu syaitan pun berkata: “Aku berpaling darimu. Aku sendiri sangat takut kepada Allah Rabbul ‘Alamin.”
Itulah yang disebutkan dalam surah Al-Hasyr ayat 16-17 di atas.
[Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah. Cetakan Tahun 1436 H. Al-Hafizh Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Dimasyqi. 3:44-46]
Pengajaran dari Kisah
1. Jangan ikuti langkah syaitan
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 168-169)
2. Syaitan adalah musuh manusia sehingga tidak boleh dijadikan teman, tidak boleh diikuti
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.” (Al-Maidah: 51)
Dalam ayat lain disebutkan pula:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), kerana rasa kasih sayang.” (Al-Mumtahanah: 1)
Bererti kita diperintahkan untuk mencari teman yang baik, bukan teman yang buruk yang menjadi temannya syaitan.
3. Syaitan mengajak pada dosa, baik dosa kecil mahupun dosa besar
Yang dimaksud dengan as-suu’ dalam surah Al-Baqarah 168-169 adalah amalan keburukan di bawah al-fahsya’. Adapun al-fahsya’ adalah dosa-dosa besar yang dianggap buruk oleh akal dan syariat. Berarti as-suu’ adalah dosa kecil, sedangkan al-fahsya’ adalah dosa besar.
Kalau dalam diri kita ada niat untuk melakukan dosa kecil mahupun dosa besar, maka ketahuilah itu adalah jalan syaitan. Maka mintalah pada Allah perlindungan dari maksiat atau dosa tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.” (Al-A’raf: 200)
4. Syaitan sudah bersumpah akan menyesatkan manusia dari berbagai macam arah
Allah Ta’ala berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْۖوَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: “Kerana Engkau telah menghukumku tersesat, maka aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Al-A’raf: 16-17)
Semoga Allah beri taufik dan hidayah.
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal | Rumaysho
+ Baca Respon Pembaca di Facebook Oh! Media
Oh! Makan
Sumber: Oh! Media