Orang Arab menggunakan kata al-Kautsar untuk menggambarkan sesuatu yang banyak. Dan al-Kautsar itu banyak airnya, banyak gelasnya, banyak keberkatannya dan banyak kebaikannya. Al-Kautsar adalah anugerah yang Allah Jalla wa ‘Azza berikan khusus untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kurnia yang Besar
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الجَنَّةِ، إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ المُجَوَّفِ، قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ، الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ. فَإِذَا طِينُهُ -أَوْ طِيبُهُ- مِسْكٌ أَذْفَ
“Ketika kami berjalan di syurga, tiba-tiba ada sungai yang pinggirnya berupa kubah dari mutiara berongga. Aku bertanya: “Apa ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Inilah al-Kautsar yang Allah Ta’ala berikan untukmu.” Ternyata tanahnya wangi terbuat dari minyak misk adzfar.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, 6210)
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang sahih dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الجَنَّةِ، حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَاليَاقُوتِ، تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ المِسْكِ، وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ العَسَلِ، وَأَبْيَضُ مِنَ الثَّلْجِ
“Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam syurga yang kedua tepinya dari emas. Airnya mengalir di atas mutiara. Tanahnya lebih wangi dari misk. Airnya lebih manis dari madu. Dan warnanya lebih putih dari salju.” (HR. at-Tirmidzi 3361)
Dalam Musnad Imam Ahmad terdapat sebuah hadis sahih dari Anas radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أُعْطِيتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي كَذَا عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ، حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، لَيْسَ مَشقُوقًا، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى تُرْبَتِهِ، فَإِذَا مِسْكَةٌ ذَفِرَةٌ، وَإِذَا حَصَاهُ اللُّؤْلُؤُ
“Diberikan padaku al-Kautsar. Ia adalah sebuah sungai yang mengalir seperti sungai di bumi. Kedua tepinya terdapat khemah-khemah yang tersusun dari mutiara. Tidak dalam sungainya. Aku menapakkan tanganku ke tanahnya, ternyata (seharum) misiknya yang sangat wangi. Dan ternyata kerikilnya adalah mutiara.” (HR. Ahmad 12564)
Dalam riwayat lain terdapat sedikit perbedaan lafaz, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia membaca ayat:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أُعْطِيتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي، وَلَمْ يُشَقَّ شَقًّا، فَإِذَا حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى تُرْبَتِهِ، فَإِذَا مِسْكَةٌ ذَفِرَةٌ، وَإِذَا حَصَاهُ اللُّؤْلُؤُ
“Aku diberikan al-Kautsar. Ternyata ia adalah sungai yang mengalir. Sungainya tidak dalam. Kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara. Aku menyentuhkan tanganku ke tanahnya, dan ternyata ia seharum minyak kesturi yang sangat harum baunya, dan ternyata batu-batu kerikilnya dari mutiara.” (HR. Ahmad 13603)
Dalam riwayat al-Bukhari dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
لَمَّا عُرِجَ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ: “أَتَيْتُ عَلَى نَهَرٍ، حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ مُجَوَّفًا، فَقُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَ
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dimi’rajkan ke langit. Beliau berkata: Aku mendatangi sebuah sungai, kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara yang berongga. Aku bertanya: “Jibril, apa ini?” Ia menjawab: “Ini adalah al-Kautsar.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir, 4680)
Inilah sungai atau telaga al-Kautsar yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:
{إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ} [الكوثر: 1-3]،
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah solat kerana Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” [Al-Kautsar: 1-3].
Dalam sebuah riwayat al-Bukhari dari Abu Ubaidah yang bertanya kepada Aisyah, tentang firman Allah:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”
Beliau menjawab:
نَهَرٌ أُعْطِيَهُ نَبِيُّكُمْ صلى الله عليه وسلم، شَاطِئَاهُ عَلَيْهِ دُرٌّ مُجَوَّفٌ، آنِيَتُهُ كَعَدَدِ النُّجُومِ
“Sebuah sungai yang diberikan kepada Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam. Kedua tepinya terdapat khemah dari mutiara yang berongga. Banyak bekas minumnya sebanyak bintang-bintang di langit.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir 4681)
Demikian juga dalam riwayat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dalam Sunan at-Tirmidzi dengan sanad yang sahih, tentang firman Allah:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
هُوَ نَهْرٌ فِي الجَنَّةِ”. قال: فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “رَأَيْتُ نَهْرًا فِي الجَنَّةِ حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ. قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَهُ اللهُ”
“Ia adalah sungai di syurga.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku melihat sungai di syurga yang kedua tepinya terdapat khemah-khemah dari mutiara. Aku bertanya: “Apa itu Jibril?” Ia menjawab: “Itulah adalah al-Kautsar yang Allah berikan untukmu.” (HR. at-Tirmidzi 3359 dan Ahmad 12697)
Sungai al-Kautsar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan kepada kita bagaimana wujud Sungai al-Kautsar. Beliau sifati sungai itu cukup terperinci. Sampai seolah-olah kita melihat atau mampu membayangkan keadaannya dan suasana yang ada di sana.
Sungai al-Kautsar adalah sebuah sungai yang mengalir di atas tanah syurga. Sungainya bukanlah sungai yang dalam. Hal itu dapat kita fahami dari ungkapan-ungkapan dalam hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ
“Mengalir di atas bumi.”
لَيْسَ مَشقُوقً
“Tidak dalam.”
Dalam riwayat lain,
فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي، وَلَمْ يُشَقَّ شَقًّا
“Ternyata ia adalah sungai yang mengalir. Dan tidak dalam.”
Sungai yang cetek, yang dasarnya terlihat dari permukaan akan tampak lebih indah dan menyenangkan dibanding sungai dalam yang bahagian dasarnya tak terlihat. Ditambah lagi tanah bahagian dasarnya wangi. Lebih wangi dari kasturi. Dan kerikil-kerikilnya adalah mutiara dan batu-batu mulia. Sehingga sungai ini dipandang menyenangkan hati. Mandi dan bermain di dalamnya tidak membuat takut. Aromanya menyenangkan. Membuat bertambah segar dan wangi.
Dua tepiannya adalah emas. Dan berdiri bangunan berupa khemah-khemah indah yang terbuat dari mutiara. Tergambar dari kita alangkah mewah, di sisi lain tetap terasa sederhana. Kerana khemah bukan gedung-gedung menjulang. Sambil bermain di sungai, para penghuni syurga boleh bersantai di sisinya dengan mengambil wadah-wadah minum yang indah. Jumlahnya tak terbatas. Bagaikan bintang-bintang di angkasa.
Sungai itu memiliki rasa, warna, dan aroma yang sangat berbeza dengan sungai-sungai dunia. Rasanya lebih manis dari madu. Warnanya lebih jernih dari embun. Dan aromanya lebih wangi dari kasturi. Inilah telaga al-Kautsar yang disediakan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan umatnya.
Telaga Rasulullah
Pemahaman kita tentang al-Kautsar akan semakin utuh jika kita melihat pembicaraan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ، وَلآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُومِ وَإِنِّي لأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ، كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ”، قالوا: يا رسول الله أتعرُفنا يومئذٍ؟ قال: “نَعَمْ لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لأَحَدٍ مِنَ الأُمَمِ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا، مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ
“Sesungguhnya telagaku lebih luas dibanding jarak antara Ailah (terletak di perbatasan antara Mesir dan Syam/Palestin) dengan kota Aden (Yaman). Telagaku lebih putih dibanding salju. Lebih manis dibanding madu yang dicampur dengan susu. Bejananya lebih banyak dibanding jumlahnya bintang. Dan aku akan menghalangi orang lain, layaknya seseorang yang menghalangi unta orang lain (agar tidak minum) dari telaganya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah kala itu engkau dapat mengenali kami?” Beliau menjawab: “Ya, kalian memiliki pertanda yang tidak dimiliki oleh siapapun dari umat-umat lain. Kalian datang kepadaku dalam keadaan dahi, kedua tangan dan kedua kaki kalian bercahaya dari bekas berwudhu.” (HR. Muslim dalam Kitab ath-Thaharah, 247)
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang sahih dari Tsauban radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
حَوْضِي مِنْ عَدَنَ إِلَى عَمَّانَ البَلْقَاءِ، مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ العَسَلِ، وَأَكْوَابُهُ عَدَدُ نُجُومِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا، أَوَّلُ النَّاسِ وُرُودًا عَلَيْهِ فُقَرَاءُ المُهَاجِرِينَ، الشُّعْثُ (المتفرِّقُو الشعر) رُءُوسًا، الدُّنْسُ (الوسخ) ثِيَابًا، الَّذِينَ لاَ يَنْكِحُونَ المُتَنَعِّمَاتِ، وَلاَ تُفْتَحُ لَهُمُ أَبْوَابُ السُّدَدِ
“Luasnya telagaku adalah seluas antara Aden sampai Oman al-Balqa’. Airnya lebih putih dari air susu. Lebih manis dari madu. Dan cangkir-cangkirnya sebanyak bilangan bintang di langit. Barangsiapa yang minum satu tegukan air darinya nescaya setelah itu tidak akan merasa haus selamanya. Orang pertama yang mengunjunginya adalah orang orang fakir dari sahabat muhajirin, yang rambut kepalanya acak-acakan, pakaiannya kumal, dan mereka yang tidak menikahi wanita-wanita yang hidup dalam kemewahan. Dan orang yang tidak dibukakan pintu (apabila bertamu atau mengetuk pintu rumah orang).” (HR. at-Tirmidzi 2444 dan Ahmad 22421)
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang istiqamah memegang ajarannya. Sehingga kita dimasukkan golongan orang-orang beriman yang menikmati minuman dari telaga beliau, Telaga al-Kautsar.
+ Nurfitri Hadi | Kisah Muslim
+ Baca Respon Pembaca di Facebook Oh! Media
Sumber: Oh! Media